Rabu, 24 November 2021

An analysis of rhyme in Love's Lantern poem by Joyce Kilmer

 

                                        Love's Lantern

joyce kilmer - 1886-1918
	(for Aline)

Because the road was steep and long (a)
   And through a dark and lonely land,(b)
God set upon my lips a song (a)
   And put a lantern in my hand. (b)

Through miles on weary miles of night (a)
   That stretch relentless in my way (b)
My lantern burns serene and white,(a)
   An unexhausted cup of day. (b)

O golden lights and lights like wine,(a)
   How dim your boasted splendors are. (b)
Behold this little lamp of mind: (a)
   It is more starlike than a star! (b)
 
Result  :
This poem consists of 3 stanzas, each stanza contains 4 lines.
in this poem they have alternate rhyme which is abab.
In an alternate rhyme, the first and third lines rhyme at the end, and 
the second and fourth lines rhyme at the end following the pattern abab
for each stanza.  
 
 
 

Selasa, 02 November 2021

Kinds and Meanings of Figurative Language Found in Poem “The Man He Killed”

 

The Man He Killed

By Thomas Hardy 1902
"Had he and I but met
            By some old ancient inn,
We should have sat us down to wet
            Right many a nipperkin!

            "But ranged as infantry,
            And staring face to face,
I shot at him as he at me,
            And killed him in his place.

            "I shot him dead because —
            Because he was my foe,
Just so: my foe of course he was;
            That's clear enough; although

            "He thought he'd 'list, perhaps,
            Off-hand like — just as I —
Was out of work — had sold his traps —
            No other reason why.

            "Yes; quaint and curious war is!
            You shoot a fellow down
You'd treat if met where any bar is,

            Or help to half-a-crown." 

The poem “The Man He KIlled” consists of five stanzas and each stanza consists of four lines.

Kinds and Meanings of Figurative Language Found in Poem “The Man He Killed

 
Stanza 1
'Had he and I but met (1)
By some old ancient inn,(2)
We should have sat us down to wet (3)
Right many a nipperkin! (4)

 a. Allusion
In line 3, “We should have sat us down to wet”, this sentence is using an expression of allusion which describes that the man and his enemy would have sat down for a drink and drunk many a glass
.


Stanza 2
'But ranged as infantry,(1)
And staring face to face,(2)
I shot at him as he at me,(3)
And killed him in his place.(4)

b. Simile
In line 3, “I shot at him as he at me”, this sentence is using figure of speech of simile which describes the man’s action as well as his enemy. The poet tries to tell that these two soldiers were on equal footing. It was like a good old-fashioned duel. It also tells us that outcome duel was a total useless. The fact that the man was the one who's still standing was sheer, dumb luck.

Stanza 3
'I shot him dead because –(1)
Because he was my foe,(2)
Just so: my foe of course he was;(3)
That's clear enough; although (4) 

c. Irony
In line 3, “Just so: my foe of course he was”, this sentence is using figure of speech of irony which describes about his reasoning after killing his enemy. The poet tries to tell that the man is still trying to convince himself of why he shot his enemy in war. But all he's really doing here is saying the same thing over and over again these men were not knowing for whom they were fighting, what the war was about, or whose side they each were on.

 Stanza 4
'He thought he'd 'list, perhaps,(1)
Off-hand like just as I – (2)
Was out of work had sold his traps – (3)
No other reason why.(4)

 d. Metaphor
In line 2, “Off-hand like just as I, this sentence is using an expression of metaphor which describes the enemy’s motive to enlist in the military. The poet tries to describe that the man’s enemy was enlisting the military due to lack of money. Here, the man imagines a life for the man he killed, and it wasn't much different from his own.


Stanza 5
'Yes; quaint and curious war is!(1)
You shoot a fellow down(2)
You'd treat if met where any bar is,(3)
Or help to half-a-crown.'(4)

e. Hyperbole
In line 1, “Yes; quaint and curious war is!”, this sentence is using figure of speech of hyperbole which is describes about how the man’s view about the war he gotten into. The man doesn't quite have the vocabulary to talk about what really went down.

Kamis, 22 April 2021

PLAGIARISME BERITA 

Plagiarisme dicermati sangat merugikan, bagi yg dijiplak karyanya, juga bagi orang yg menjiplak. Wartawan tentu saja sangat dilarang melakukan plagiarisme. Bahkan, plagiarisme sanggup dikatakan menjadi suatu bentuk ’maksiat’ pada global jurnalistik. Sebaliknya, dia wajib menjaga eksklusivitas & orisinalitas laporannya. Wartawan tidak sekadar menulis, dia wajib menulis menggunakan memakai hati nuraninya sendiri, jernih, & amanah. apabila dia telah menjiplak karya atau bisnis orang lain, berarti dia telah tidak idealis lagi, kredibilitasnya akan merosot jatuh. Selain itu, plagiarisme pula bertentangan menggunakan elemen jurnalisme yg pertama, yaitu: kewajiban pertama wartawan merupakan pada kebenaran.apabila wartawan menjadi pemegang mandat warga saja telah berlaku tidak amanah, bagaimana warga sanggup menerima kabar & kabar yg mereka butuhkan? Ketika seseorang wartawan kedapatan melakukan plagiarisme, benar-benar tidak terbayangkan sangsi yg akan dia terima. Pertama, dia sanggup dibawa ke meja hijau sang orang yg dia jiplak karyanya. Tentu saja, negara kita ini negara aturan, & telah terdapat undang-undang tentang proteksi hak cipta. Hukuman yg mengancam pula nir main-main. Plagiatisme adalah galat satu tindakan pelanggaran hukum pers. Dalam bukunya “Inleiding tot de studie van het strafrecht”, Mr. D. Hazewinkel Suringa menyatakan bahwa: “Delik Pers merupakan pernyataan pikiran & perasaan yg bisa dijatuhi pidana yg buat solusinya membutuhkan publikasi pers. Dalam kitab “Rambu-rambu pada Sekitar Profesi Wartawan”, Krisna Harahap mengungkapkan 3 kriteria buat pelanggaran hukum pers: 1. Harus dilakukan menggunakan barang cetakan atau cetakan 2. Perbuatan yg dieksekusi pidana wajib terdiri atas pernyataan pikiran & perasaan 3. Dari rumusan pelanggaran hukum wajib ternyata bahwa publikasi adalah suatu kondisi buat menyebabkan suatu kejahatan, bila kejahatan tersebut dilakukan menggunakan suatu goresan pena Kedua, & yg paling berbahaya, sanggup dipastikan dia akan kehilangan agama berdasarkan redaksi, pembaca, semuanya. Kemungkinan akbar dia akan dipecat berdasarkan tempat kerja kabar loka dia bekerja, bahkan sanggup jadi dia akan kesulitan menemukan pekerjaan baru. Kalau kita telah berbohong, niscaya membutuhkan ketika yg sangat lama bagi orang lain buat balik mempercayai kita.

Atau bahkan nir sama sekali. Salah satu surat berita ternama pada Amerika Serikat, The New York Times, bahkan pada kode etiknya, “menempatkan plagiarisme menjadi dosa yg nir sanggup dimaafkan.” The New York Times tidak akan segan-segan memecat wartawannya yg kedapatan melakukan plagiarisme. Salah satu model perkara plagiarisme fatal yg lalu sebagai kabar akbar pada semua global merupakan saat The New York Times memecat Jayson Blair, seseorang jurnalis muda. Blair menulis mengenai kisah famili Jessica Lynch, seseorang tentara Amerika yg ditawan pada Irak. Laporan Blair itu dicurigai San Antonio Express-News, yg menuduh Balir sudah melakukan plagiarisme. Pihak The New York Times merespons kecurigaan tersebut, menggunakan mulai mempelajari keaslian laporan Blair. Mereka lalu menemukan kabar bahwa Blair sendiri bahkan tidak pernah herbi famili Lynch, belum pernah tiba ke kota pada mana famili Lynch tinggal, & bahkan belum pernah menghubungi mereka lewat telepon! Lalu bagaimana Blair sanggup menciptakan kisah yg begitu menarik tentang famili Lynch? Ia tidak pernah mengenal mereka! The New York Times pun akhirnya menyimpulkan bahwa Blair sudah melakukan plagiarisme. Dan sinkron menggunakan kode etik yg berlaku pada forum pers tersebut, Blair akhirnya dipecat lantaran dipercaya tidak layak lagi sebagai wartawan Times lagi. Dengan terungkapnya perkara plagiarisme ini, Howell Raines selaku pemimpin redaksi dan Gerald Boyd selaku redaktur pelaksana turut mengundurkan diri. (diambil berdasarkan artikel Agus Sopian berjudul Etika Jurnalisme). William L. Rivers pada kitab “Etika-etika Media Massa & Kecenderungan buat Melanggarnya” mengemukakan, bahwa banyak sekali kode sudah dipakai media, periklanan & interaksi warga . Kode media pada apendiks adalah definisi yg dibentuk industri tentang apa yg menciptakan sesuatu sebagai norma baik atau buruk. Deborah Shannon menuliskan analisis kode ASNE (American Society of Newspaper Editors), kode yg dipengaruhi sang Masyarakat Jurnalis Profesional-Sigma Delta Chi, & kode Washington Post. Kode ASNE (American Society of Newspaper Editors) menyatakan bahwa wartawan wajib “menghindari berdasarkan ketidakpantasan & keluarnya ketidakpantasan” & wajib “nir mendapat apa-apa juga mengejar aktivitas apa pun yg bisa merugikan kompromi atau sepertinya mengompromikan integritas mereka”. Sulit dikatakan tindakan apa yg wajib dilakukan reporter buat sanggup dipercaya etis. Banyak kode berdasarkan ASNE menengahi banyak sekali perseteruan luar, yaitu antara tokoh kabar & global. Kode ASNE menegaskan bahwa kekeliruan kabar atau kealpaan wajib dikoreksi segera. Pasal V menyerukan perilaku nir memihak. Pasal ini mengakui perlunya kadang-kadang goresan pena analisis yg menurut latar belakang penulis & pandangan yg terdidik. Kode ASNE berkata bahwa wartawan wajib menghormati hak-hak orang-orang pada pada kabar, khususnya asal kabar. Menghormati asal kabar galat satunya merupakan menggunakan mencantumkan bukti diri mereka selesainya pernyataannya. Banyak model penulis yg melakukan plagiarisme, & hal itu benar-benar nir sanggup ditolerir. Misalnya, James A. Mackay, seseorang pakar sejarah Skotlandia, dipaksa menarik balik seluruh kitab biografi Alexander Graham Bell yg ditulisnya dalam 1998. Hal ini dilakukan lantaran dia kedapatan menyalin berdasarkan sebuah kitab terbitan tahun 1973. Ia pula dituduh memplagiat biografi Mary Queen of Scots, Andrew Carnegie, & Sir William Wallace. Pada 1999 dia wajib menarik kitab biografi John Paul Jones output tulisannya menggunakan alasan yg sama. Bahkan penulis-penulis populer misalnya Dan Brown, yg melejit lewat The Da Vinci Code, dituntut lantaran sudah dituduh melakukan plagiarisme dua kali. Novel pertama Kaavya Viswanathan How Opal Mehta Got Kissed, Got Wild and Got a Life, dilaporkan mengandung jiplakan berdasarkan setidaknya 5 novel lain. Semua bukunya ditarik berdasarkan peredaran, kontraknya menggunakan Little Brown and Co. ditarik, & sebuah kontrak film menggunakan Dreamworks SKG dibatalkan. Hal ini benar-benar memalukan, bukan? Ketika seseorang penulis yg “menggunakan pede-nya” memublikasikan kitab yg dianggap menjadi output karyanya, tetapi datang-datang terungkap bahwa itu merupakan output plagiarisme. (Wikipedia) Apalagi pada profesi jurnalistik yg kentara-kentara menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran & kejujuran, para jurnalis bersuara bundar menentang plagiarisme. Hal ini pula tertulis kentara pada Kode Etik Jurnalistik, baik yg pertama kali dimuntahkan PWI juga Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI) yg disepakati semua wartawan Indonesia. Berkaitan menggunakan kejujuran & plagiarisme, Kode Etik Jurnalistik berdasarkan PWI diantaranya menyatakan: 1. Berita diperoleh menggunakan cara yg amanah. Wartawan selalu menyatakan identitasnya bila sedang melakukan tugas peliputan 2. Dengan amanah menyebut sumbernya pada mengutip kabar atau goresan pena berdasarkan suatu surat berita atau penerbitan, buat kesetiakawanan profesi Atau lebih tepatnya pada pasal 13 KEJ tertulis: “Wartawan Indonesia nir melakukan tindakan plagiat, nir mengutip kabar, goresan pena, atau gambar tanpa menyebut sumbernya.” Pasal ini ditafsirkan sang Krisna Harahap, bahwa mengutip kabar, goresan pena, atau gambar output karya pihak lain tanpa menyebut sumbernya adalah tindakan plagiat. Krisna menambahkan plagiat menjadi “tercela & dihentikan”. Kode Etik Wartawan Indonesia pula tetapkan hal senada: “Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tidak bersalah, nir mencampurkan kabar menggunakan opini, berimbang, & selalu meneliti kebenaran kabar dan nir melakukan plagiat.” Jurnalisme nir mempunyai aturan-aturan tertentu, tidak terdapat peraturan, tidak terdapat surat izin, sangat berpotensi buat melakukan eksploitasi, maka beban berat terletak dalam etika & evaluasi berdasarkan wartawan & organisasi loka wartawan itu bekerja. Jurnalisme merupakan kasus karakter. Wartawan punya kewajiban & tanggung jawab buat menyuarakan sekuat-kuatnya nurani mereka. Termasuk buat menyampaikan nir pada kebohongan, pada tindak plagiarisme. Dimana pun, & hingga kapan pun, yg namanya kebohongan sanggup Mengganggu agama orang lain terhadap kita. Apalagi umumnya sekali kita berbohong, maka kita akan berusaha menutupinya menggunakan kebohongan lain. Kalau telah begini, profesionalitas & moralitas seseorang wartawan patut dipertanyakan. Seperti dikemukakan Asep Syamsul M. Romli pada kitab Jurnalistik Terapan tersebut, kode etik wajib sebagai landasan moral atau etika profesi yg sanggup sebagai panduan operasional pada menegakkan integritas & profesionalitas wartawan. Dalam hal kejujuran ini, pada global jurnalistik dikenal Fairness Doctrine (Doktrin Kejujuran). Doktrin itu mengajarkan perlakuan adil terhadap objek kabar. Selain itu, menerima kabar yg sahih (faktualitas) jauh lebih krusial daripada sekadar sebagai wartawan pertama yg melaporkannya (aktualitas). Kebenaran, kebenaran, & kebenaran. Ya, lantaran inti aktivitas jurnalistik merupakan kebenaran. Bill Kovach pada Sembilan Elemen Jurnalisme membahas mengenai aturan transparansi wartawan yg berkenaan menggunakan cara wartawan berurusan menggunakan asal-asal mereka. Menurutnya, telah niscaya wartawan nir boleh berbohong atau menyesatkan asal-asal mereka pada proses mencari & membicarakan kebenaran pada publik. Ia pula mengemukakan tentang orisinalitas yg dipandangnya menjadi nilai yg tertanam kuat pada jurnalisme. Michael Oreskes, ketua biro Washington New York Times, menunjukkan pandangan baru sederhana akan tetapi disiplin pada pengejaran kebenaran: Kerjakan tugasmu sendiri. Pernyataan ini relatif kentara pada menentang plagiarisme. Oreskes pula menambahkan, “Orang yg bertindak sahih merupakan mereka yg melakukan sendiri pekerjaannya, yg berhati-hati tentangnya, yg mengikuti baku dasar mengenai asal, & menerima kabar berdasarkan banyak sekali asal. Orang yg cemas tenatng apa yg terdapat pada luar sana memakai frasa yg mengerikan itu buat membenarkan begitu poly dosa jurnalistik, orang yg cemas akan kalah. Bukannya mencoba melakukan sebaik & secepat yg mereka sanggup, mereka malah mengacaukannya.” Begitu istilah Oreskes misalnya dikutip berdasarkan Sembilan Elemen Jurnalisme, Bill Kovach.

 


 

Rabu, 02 Desember 2020

THE SINGHASARI RESORT


The Singhasari Resort, perpaduan sempurna antara budaya, tradisi, gaya hidup, dan kecantikan Indonesia. Senyuman hangat dan pelayanan sempurna dari The Singhasari Resort selalu menemani Anda selama Anda tinggal bersama kami.

The Singhasari Resort terletak di tujuan wisata paling favorit di Jawa Timur, dengan suasana megah yang menggabungkan Desain Kerajaan Singhasari yang alami, kontemporer, dan kuno. Fasilitas premium kami yang dikombinasikan dengan kualitas layanan kami bersama dengan pemandangan eksotis dari tiga gunung terbesar di Jawa Timur membentuk pelarian mewah yang meremajakan di resor bintang lima pertama di Jawa Timur. 

Terdapat pilihan kamar yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan anda, adapun pilihannya yaitu:

1 Deluxe Rooms

2 Premiere Rooms

3 Pool Access Rooms

4 Family Rooms

5 Suite Rooms 

 The Singhasari Resort juga menyediakan venue untuk berbagai kepentingan, seperti wedding, 

Aula KONVENSI KERTANEGARA



Balai Sidang Kertanegara (hingga 5000 orang) Terinspirasi oleh salah satu raja terbesar Singhasari, Aula konvensi Kertanegara adalah tempat pertemuan dan pernikahan terbesar di Jawa Timur. Terletak tepat di depan lobi, The Kertanegara Convention Hall memiliki pintu masuk terpisah yang memungkinkan Anda mengadakan lebih banyak acara pribadi. Desain arsitekturalnya yang bebas tiang dan plafon setinggi 9,5 meter menjadikan Kertanegara Convention Hall bisa menjadi tempat yang tepat untuk menyelenggarakan acara seperti meeting, gathering, seminar, wedding atau expo. Balai Sidang Kertanegara dapat menampung hingga 5.000 orang. 

KAMAR TUMAPEL

Ballroom seluas 529m² adalah tempat yang ideal untuk mengadakan pesta, pertemuan, dan pertemuan. Terletak di lobi dan terletak di sudut pribadi, The Tumapel Ballroom dapat menampung hingga 700 orang dengan nyaman. 

TLOGOWANGI POOLSIDE

Menikah di musim panas, atau di lokasi yang sangat hangat? Lemparkan resepsi kolam renang Anda ke tepi kolam renang untuk latar belakang potret yang bagus atau ciptakan suasana santai seperti spa pada jam koktail atau resepsi Anda. Tlogowangi Poolside nyaman menampung hingga 500 orang.

TAMAN



Ada sesuatu yang begitu abadi dan indah tentang pernikahan taman. Latar, detail, dan keseluruhan suasana semuanya sangat aneh dan romantis, dan terutama selama bulan-bulan cuaca hangat. The Singhasari menyediakan beberapa tempat taman yang indah, dapat menampung hingga 500 orang. 

sumber http://www.thesinghasari.com/wedding/venues

Kamis, 12 November 2020

Bali Honeymoon Package From Bangalore Overview


Trip Location: Kuta

- An amalgamation of age-old temples, huge markets, pristine beaches and a plethora of adventure activities, Bali is home to many once in a lifetime experiences. A visit here will let you enjoy the best vacationing experience through its romantic aura and picturesque sceneries.

- The first day of your
Bali Honeymoon package from Bangalore will kickstart as you board a flight and set foot on Ngurah Rai Airport in Bali. Once you check into the hotel, the remaining part of the day will be for you to have some leisure time. You can either rest in your comfy stays or can stroll around the local markets. You can also go for a beachside evening and can spend some time with your beloved watching the sun setting across the sea. 

- Day two of
Bali Honeymoon package from Bangalore will take you to Kuta, known to be a volcano city. Famous for serving the best seafood and home to the best sceneries, this place lets you enjoy the real essence of vacation in Bali. The whole day will be spent here only, and you will get a chance to traverse its streets while enjoying the local delicacies.

- Day three of Bali package for couple from Bangalore will be dedicated to we-time and sighting the dolphins. The first half of the day will be spent rejuvenating in spas and health centres, followed by a boat tour towards the flock of dolphins. Once the touring is over, you will next head towards the Gitgit waterfalls followed by visiting the Shiva Temple around it.

- The fourth day of the trip will be given to you to spend however you want. You can spend some free time with your beloved around the beachside, followed by having a beautiful dinner on the shores.

- Day five of this tour will be the most thrilling one as you will get to try your hands on some adrenaline rushing activities like riding a Jet Ski, Parasailing and riding a Banana Boat. Once the adventures are over, you will be taken for a shopping spree in the nearby markets where you can shop for souvenirs.

- The sixth day of this tour is for you, and on this day you can do whatever you want. Be it shopping or visiting the remaining places on your own, you are free to go anywhere and try anything.

- Day seven will be the last one, and on this day you will be travelling back to the airport from where you will take a flight back to Bangalore

Stay

  • Accommodation for 6 Nights

Meal

  • Breakfast
  • Dinner & Lunch not included

Activity

  • Sightseeing
  • Water Sports (Extra Charges applicable)

Other Inclusions

  • Meals
  • Stay
  • Cake
  • Floral bed decoration
  • Sightseeing
  • Private Airport Transfers

Transport

  • Private Airport Transfers

Things To Carry

  • Comfortable footwear
  • Sunscreen
  • Sunglasses
  • Valid ID
  • Hats
  • Caps

 

An analysis of rhyme in Love's Lantern poem by Joyce Kilmer

                                                    Love's Lantern joyce kilmer - 1886-1918 (for Aline) Because the road was...